Selasa, 05 Desember 2017

Bentuk Relief Daratan Indonesia

Daratan di Indoesia memeliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang lainnya, hal kemungkinan besar juga akibat pengaruh letak Indonesia dari aspek geografis.

Relief adalah bentuk kekasaran permukaan bumi, baik berupa tonjolan, dataran, atau cekungan. Permukaan daratan Indonesia sangat bervariasi, hal ini dikarenakan Indonesia memiliki sejarah dan formasi geologi yang unik.

Indonesia menempati dua lapisan Lempeng benua yang berbeda, yaitu Lempeng Benua Asia di kawasan Barat dan lempeng Benua Australia di kawasan Timur. Selain itu, Indonesia berada pada jalur pertemuan lempeng dunia, sehingga banyak menghasilkan rangkaian gunung api.

Bentuk Relief Daratan Indonesia
Gambar: Relief daratan Indonesia

Macam-macam bentuk relief daratan Indonesia

Secara garis besar, relief daratan Indonesia dapat dibedakan atas daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi atau daerah pegunungan. 

Indonesia banyak memiliki gunung dan pegunungan, hal ini dikarenakan Indonesia dilintasi oleh dua jalur pegunungan muda, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. 

Sirkum Pasifik merupakan rangkaian pegunungan di sekeliling Samudra Pasifik. Berawal dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, Rocky Mountain di Amerika Utara, Alaska, Kepulauan Aleut, Kepulauan Kuril, Kepulauan Jepang, Taiwan, Filipina, Pulau Irian, hingga Selandia Baru.

Adapun Sirkum Mediterania dimulai dari Afrika Utara dan Eropa Selatan, lewat Asia Barat, Pegunungan Himalaya, Thailand Utara, Myanmar, Kepulauan Andaman, dan Indonesia.

Busur luar dan busur dalam

Di Indonesia, jalur tersebut terpecah menjadi dua, yang dikenal dengan sebutan jalur busur dalam dan jalur busur luar.

Jalur busur luar berada di perairan sebelah Barat Sumatra, sebelah Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan berakhir di Kepulauan Tanimbar.

Adapun jalur busur dalam berada di Pulau Sumatra, membentuk rangkaian Bukit Barisan di bagian Barat Sumatra, rangkaian pegunungan Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Kepulauan Banda.

Indonesia tercatat memiliki 128 gunung api, 90 di antaranya masih aktif dan selalu menunjukkan aktivitas vulkanismenya. Selain itu, terdapat tidak kurang dari 400 gunung api yang telah mati.

Sebuah gunung dianggap telah mati jika sejak tahun 1600 tidak lagi menunjukkan adanya gejala vulkanisme. Banyaknya gunung api ini memengaruhi jenis dan kesuburan tanah, karena proses vulkanisme dapat menghasilkan tanah baru dan debu hasil letusannya mampu menyuburkan tanah.

Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan lahan yang subur. Selain itu, banyaknya gunung api juga berpengaruh terhadap kondisi cuaca, khususnya curah hujan sebagai akibat dari proses orografis, serta ketersediaan air tawar karena banyak terdapat mata air di lereng-lerengnya yang menimbulkan aliran sungai.

Senin, 13 November 2017

Bentuk Interaksi Antar Komponen Biotik

Pola interaksi dalam sebuah ekosistem memiliki bentuk yang beragam, ada bentuk interaksi antar komponen biotik dan abiotik serta ada bentuk interaksi antar sesama komponen biotik.

Pada kesempatan ini kita akan membahas lebih rinci tentang bentuk interaksi yang kedua, yaitu bentuk interaksi antar komponen biotik.

Semua makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan menyediakan energi dan senyawa penting untuk hidup. Tumbuhan menggunakan energi dan zat-zat anorganik (senyawa kimia) di sekitarnya untuk membuat makanan.

Bentuk Interaksi Antar Komponen Biotik

Energi berasal dari matahari, zat-zat anorganik (mineral) berasal dari udara dan tanah. Hewan tidak dapat melakukan hal seperti itu. Hewan mendapatkan energi dan zat kimia dari makanan. Hewan sangat bergantung pada tumbuhan untuk bertahan hidup.

a. Rantai Makanan

Kita dapat menghubungkan organisme-organisme secara bersama-sama dalam bentuk hubungan makan dan dimakan. Peristiwa urutan makan dan dimakan disebut rantai makanan. Peristiwa ini dapat terjadi di ekosistem darat maupun ekosistem air.

Contohnya padi dimakan belalang. Belalang dimakan ayam. Ayam dimakan manusia. Pada rantai makanan ini, padi berperan sebagai produsen.

Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan sebagai produsen karena membuat makanan dengan cara fotosintesis.

Hewan yang memakan tumbuhan disebut konsumen. Konsumen dapat berupa herbivora, karnivora, atau omnivora. Herbivora menempati konsumen tingkat pertama karena dia memakan tumbuhan secara langsung.

Karnivora menempati konsumen tingkat kedua karena dia memangsa hewan berikutnya. Konsumen tingkat ketiga akan memangsa konsumen tingkat kedua.

Konsumen tingkat keempat juga diduduki oleh karnivora lain yang memangsa karnivora (konsumen tingkat ketiga). Omnivora biasanya menempati tingkat tropik paling atas.

b. Jaring-Jaring Makanan

Di alam, satu organisme (baik produsen maupun konsumen) tidak hanya merupakan sumber energi dan zat kimia bagi satu organisme saja. Beberapa jenis hewan juga memakan produsen yang sama.

Sementara itu, satu karnivora tidak hanya memakan satu jenis organisme (herbivora) saja. Misalnya, rubah tidak hanya memakan kelinci, tetapi juga tikus, bahkan burung, bahkan kerbau.

Dengan demikian, suatu rantai makanan tidak ada yang berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan membentuk jaring-jaring makanan.

Bentuk Interaksi Antar Komponen Biotik
Gambar: Perbedaan Rantai Makan dan Jaring-jaring Makanan

c. Arus Energi

Dalam suatu rantai makanan terjadi peristiwa makan dan dimakan. Makhluk hidup yang memakan organisme lain melakukan usaha untuk mendapatkan energi dan zat kimia dan mengubah energi dalam bentuk senyawa kimia lain dalam tubuhnya.

Energi kimia dalam tubuh makhluk hidup akan dimanfaatkan makhluk hidup lain melalui peristiwa pemangsaan (predasi), sehingga makhluk hidup pemangsa (predator) mendapat energi dan zat kimia dari makhluk hidup mangsanya.

Jadi, dalam suatu rantai makanan terjadi suatu aliran energi (arus energi). Aliran energi dalam suatu rantai makanan berawal dari produsen. Aliran energi ini berjalan satu arah, dari produsen ke konsumen.

Tumbuhan hijau sebagai produsen memanfaatkan energi matahari secara langsung melalui fotosintesis untuk diubah menjadi makanan bagi dirinya sendiri. Sisa makanannya akan disimpan dalam bentuk zat kimia (bahan organik) dalam tubuhnya sebagai makanan cadangan.

Makanan cadangan akan dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain (herbivora) sebagai sumber energi dan diubah dalam bentuk zat kimia (senyawa organik) yang kemudian akan dimanfaatkan makhluk hidup lain sebagai sumber energi dengan memakannya. Demikian seterusnya, proses makan dan dimakan menyebabkan terjadinya arus energi.

d. Piramida Makanan

Pada arus energi atau rantai makanan di suatu ekosistem hanya sebagian kecil energi yang berpindah dari produsen ke konsumen. Energi itu pun akan diubah menjadi energi kimia dalam tubuh konsumen dengan jumlah yang lebih kecil.

Pemangsa konsumen pertama (herbivora) akan mendapat energi dalam jumlah yang lebih kecil dari energi produsen. Oleh karena itu, agar kebutuhan energinya tercukupi, suatu organisme tidak hanya memangsa satu organisme saja sekali waktu, tetapi berulang kali.

Jadi, untuk memenuhi kebutuhan energi, jumlah mangsa biasanya lebih banyak daripada pemangsa. Rangkaian rantai makanan dari produsen ke konsumen memperlihatkan tingkat makanan disebut tingkat tropik.

Gambar: Piramida Makanan

Tingkat tropik pertama diduduki oleh produsen, tingkat tropik kedua diduduki oleh herbivora, tingkat tropik ketiga diduduki oleh karnivora.

Adapun tingkat tropik keempat ditempati oleh karnivora lain (pemangsa karnivora pertama). Perbandingan jumlah antara tingkat tropik membentuk suatu bangun piramida. Bangun piramida itu disebut piramida makanan atau piramida ekologi.

Minggu, 12 November 2017

Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia

Pembahasan kali ini adalah tentang jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka di Indonesia yang dilengkapi dengan keterangan daerah asalnya.

Kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan bergantung pada keberadaan habitat alam. Kebanyakan daerah perlindungan diciptakan karena adanya jenis tumbuhan dan hewan yang bersifat langka.

Hewan dan Tumbuhan Langka

Keberadaan makhluk hidup langka, jika populasinya makin sedikit akan terancam kepunahan.

1. Tumbuhan/Flora Langka

Flora Indonesia terdiri atas banyak jenis yang tidak diketahui Ada sejumlah tumbuhan yang kita hargai dan kita lindungi, seperti anggrek yang langka. Contoh flora langka lainnya yaitu bunga Rafflesia arnoldi dan Amorphopallus titanum.

Rafflesia arnoldi terdapat di Sumatra dan Serawak. Adapun, bunga Amorphopallus titanum (bunga bangkai) tumbuh di beberapa kebun raya. Bunga iitu berbunga setiap beberapa tahun. Tahukah kamu Amorphopallus pernah digambar pada uang kertas Rp500,00?

Kedua bunga itu terancam punah karena sangat mudah rusak. Rafflesia sangat berisiko terhadap pencari kuncup dan bunga sebagai bahan obat.

Karena daur hidup keduanya sangat sedikit diketahui dan budidayanya hampir tidak mungkin maka menjaga hutan merupakan cara yang tepat menyelamatkan bunga raksasa yang menakjubkan itu.

Kelangkaan tumbuhan tertentu merupakan sumber kegembiraan dan kebanggaan. Masih banyak tumbuhan langka yang ditemukan di Indonesia. Beberapa di antaranya yaitu anggrek dendobrium dan buah bersayap.
Gambar: Contoh bunga rafflessia

2. Hewan/Satwa Langka

Tekanan pemanfaatan habitat hutan yang sangat cepat mengancam kekayaan margasatwa Indonesia. Sisa habitat alami makin kecil dan terasing, sehingga jenis margasatwa setempat cenderung punah.

Beberapa margasatwa yang mendekati kepunahan sebagai berikut.

a. Harimau Sumatra

Harimau Sumatra mungkin satu-satunya yang masih hidup dari suku harimau setelah harimau Bali dan harimau Jawa punah.

Harimau Bali dan harimau Jawa telah punah karena perburuan dan hilangnya habitat secara terus-menerus menjadi penyebab utama kepunahan hewan ini. Adapun faktor lain penyebab kepunahan, yaitu permintaan kulit harimau secara tetap.

b. Orangutan

Orangutan dapat diselamatkan dari ujung kepunahan dengan penghentian perburuan gelap dan melindungi luas daerah habitat hutan yang sesuai.

Pada tahun 1994 Menteri Kehutanan menyetujui program penyelamatan orangutan yang secara garis besar diperlukan untuk melanjutkan usaha melindungi jenis ini dan habitatnya.

c. Gajah Sumatra

Saat ini jumlah gajah di Indonesia makin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah pembukaan hutan untuk keperluan hidup manusia.

Pembukaan hutan dataran rendah secara luas mengakibatkan gajah (Elephas maximus) berada dalam kawasan yang lebih kecil dan makin mengecil di Indonesia.

Masalah gajah hanya dapat diatasi dengan upaya sungguh-sungguh, meningkatkan daerah perlindungan dan bekerja sama dengan masyarakat

d. Badak Jawa dan Sumatra

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan hewan darat terbesar kedua di Indonesia. Di samping itu masih ada badak Sumatra (Dicerorhinus Sumatrensis) yang merupakan badak terkecil yang masih hidup, beratnya hanya satu ton.

Penurunan jumlah yang tajam untuk kedua jenis badak sebagian besar karena hilangnya hutan dataran rendah dan perburuan.

e. Jalak Bali

Ancaman kepunahan jalak Bali makin bertambah dengan kerusakan habitat. Ancaman lain adanya perburuan yang berlebihan untuk perdagangan burung, mengingat harga burung ini dipasaran mencapai puluhan juta rupiah setiap ekornya.

Kamis, 09 November 2017

2 Jenis Perikanan di Indonesia beserta Contohnya

Perikanan merupakan salah satu mata pencaharian yang besar di Indonesia. Karena, Negara kita kaya akan potensi perikanan.

Macam-macam Jenis Perikanan

Selain memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air darat yang melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk mendukung sektor perikanan.

Berdasarkan jenis perairannya, usaha perikanan dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Perikanan Darat

Perikanan darat merupakan usaha pembudidayaan atau penangkapan ikan yang dilakukan di daratan. Pembudidayaan perikanan darat dapat dilakukan di tambak, keramba, kolam, empang, dan lainnya.

Perikanan darat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Perikanan air payau

Perikanan air payau dilakukan di tepi-tepi pantai yang datar dalam bentuk tambak atau empang. Jenis ikan yang diusahakan adalah udang dan bandeng.

2) Perikanan air tawar

Perikanan air tawar meliputi perikanan di sawah, kolam, danau, sungai, dan keramba. Jenis-jenis ikan yang diusahakan adalah ikan mas, nila, lele, gurami.
2 Jenis Perikanan di Indonesia beserta Contohnya
Gambar: Salah satu jenis perikanan di Indonesia

b. Perikanan Laut

Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut dengan perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di kawasan pesisir.

Nelayan biasanya menangkap hewan-hewan laut di kawasan laut-laut dangkal atau zona neritik. Secara tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahuperahu kecil.

Penangkapan besar-besaran biasanya menggunakan perahu motor yang besar. Jenis peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan sangat beragam, misalnya pancing, jala, jaring, sero, dan lainnya.

Potensi perikanan laut Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia merupakan perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak, dan tuna.

Pusat perikanan laut di Indonesia

Pusat perikanan laut di Indonesia adalah:

1) Bagan Siapi-api (Riau) merupakan pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.

2) Cilacap dan Tegal (Jawa Tengah)

3) Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur)

4) Airtembaga (Sulawesi Utara).

Hasil penangkapan ikan, baik perikanan darat atau laut perlu diawetkan agar dapat bertahan lama. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain pendinginan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, dan pengalengan.

Senin, 06 November 2017

Masa Pemerintahan Hindia Belanda dan Pax Nederlandica

Setelah masuknya Belanda ke Indonesia, ternyata belanda menancapkan kekuasaannya dengan memberlakukan berbagai macam kebijakan, apasajakah kebijakan-kebijakan tersebut? Bagaimana pengaruh dari kebijakan-kebijakan yang ada?

Pemerintahan Hindia Belanda 

Berikut adalah masa-masa yang harus dilalui selama pemerintahan Belanda dengan menjadikan Indonesia sebagai Pax Nederlandica, yang berarti perdamaian di bawah Belanda.

a. Masa Peralihan (1816–1830)

Peralihan kekuasaan dari tangan Inggris ke tangan Belanda yang terjadi pada tahun 1816 ini menghadapkan Belanda pada permasalahan sistem mana yang akan diterapkan di Indonesia agar keuntungan secara ekonomi tetap didapatkan.

Terjadinya perubahan politik yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa di Eropa mendorong Inggris dan Belanda mengadakan perundingan di London.

Convention of London

Berikut ini ketetapan berdasarkan Convention of London (1814).

1) Semua bekas jajahan Belanda yang dikuasai Inggris dikembalikan kepada Belanda, kecuali Afrika Selatan, Ceylon, dan beberapa tempat di India.

2) Akan dibentuk komisi yang dipimpin oleh Komisaris Jenderal Elout, Buyskes, dan Van der Capelen. Komisi ini bertugas memperbaiki ekonomi Indonesia, membayar utang-utang Belanda, dan mengambil piutangnya.

3) Pemerintah Belanda mendirikan Nederlandsche Handels Maatschappij (serikat dagang Belanda satu-satunya yang berhak mengekspor hasil bumi yang dihasilkan dari tanam paksa) yang mendapatkan bantuan dari pemerintah Belanda dan Eropa.
Masa Pemerintahan Hindia Belanda dan Pax Nederlandica
Gambar: Pemandangan masa pemerintahan belanda

Dengan demikian, sejak tahun 1816 Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Van der Capellen. Van der Capellen pada tahun 1823 membuat kebijakan menghentikan dan menghapus penyelewengan tanah swasta di Jawa Tengah.

Kebijakan tersebut merugikan para bangsawan pribumi, karena mereka harus membayar ganti rugi dan uang sewa yang harus dibayarkan pada para pengusaha Eropa dan Cina.

Inilah salah satu faktor penyebab munculnya pemberontakan dari para bangsawan di Jawa Tengah.

b. Masa Tanam Paksa (Cultuurstelsel) (1830–1870)

Pada tahun 1830-an Belanda dihadapkan pada permasalahan keuangan yang parah, bahkan terancam bangkrut akibat besarnya biaya peperangan yang harus mereka keluarkan selama peperangan di Jawa, Bonjol, dan Belgia.

c. Masa Liberal

Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menyengsarakan masyarakat akhirnya mendapat kritikan dari berbagai pihak.

Sabtu, 04 November 2017

Pengaruh Letak Geografis dan Astronomis Indonesia

Letak Indonesia baik secara geografis maupun ekonomis ternyata memberikan banyak sekali pengaruh yang sangat bermanfaat. Pengaruh-pengaruh tersebut jarang sekali terjadi di belahan dunia lain, bahkan sebagainnya tidak terdapat di belahan dunia lain.

Perpaduan antara letak astronomis dengan letak geografis Indonesia tersebut menimbulkan kondisi berikut ini.

1) Matahari bersinar terus menerus sepanjang tahun.
2) Penguapan tinggi, sehingga kelembapan juga tinggi.
3) Memiliki curah hujan yang relatif tinggi.
4) Memiliki wilayah hutan hujan tropis yang cukup lebat.
5) Memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau sebagai akibat pergerakan angin monsun.

Gerak semu tahunan matahari

Musim di Indonesia dipengaruhi oleh adanya gerak semu matahari. Gerak semu matahari terjadi karena pengaruh rotasi bumi dalam berevolusi (mengelilingi matahari).
Pengaruh Letak Geografis dan Astronomis Indonesia
Gambar: Gerak semu tahunan matahari

Pada tanggal 23 Maret, posisi matahari tepat di atas khatulistiwa (0°), kemudian matahari seolah-olah bergeser ke arah Utara, hingga pada tanggal 21 Juni, matahari seolah-olah berada agak condong di Utara, yaitu di titik balik Utara.

Pergerakan matahari seolah-olah terus terjadi, seiring dengan berjalannya waktu, matahari kembali bergeser ke Selatan, hingga pada tanggal 23 September, matahari kembali tepat di atas khatulistiwa, kemudian matahari seolah-olah bergeser ke arah Selatan, hingga pada tanggal 22 Desember, matahari seolah-olah berada agak condong di Selatan, yaitu di titik balik Selatan.

Pergerakan matahari seolah-olah terus terjadi, seiring dengan berjalannya waktu, matahari
kembali bergeser ke Utara, hingga pada tanggal 23 Maret, matahari kembali tepat di atas khatulistiwa. Kondisi ini berjalan terus menerus sepanjang waktu.

Peristiwa tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi kelembapan dan tekanan udara di Indonesia. Saat matahari banyak berada di wilayah belahan bumi Utara (antara pertengahan bulan Maret - September), maka di daerah Utara (kawasan Benua Asia) akan mengalami pemanasan maksimal.

Pengaruh Letak Geografis dan Astronomis Indonesia
Gambar: Angin Muson barat (- - - ) dan timur ( ----- )

Angin Muson timur / kemarau ( April - Oktober )

Hal ini menyebabkan daerah tersebut memiliki tekanan udara minimum. Kondisi ini menyebabkan angin berembus dari daerah bertekanan tinggi (dari belahan bumi Selatan atau Benua Australia) ke daerah bertekanan rendah (belahan bumi Utara atau Benua Asia).

Gerakan udara ini menimbulkan angin monsun atau musim yang disebut angin monsun Timur (Tenggara), bertiup antara bulan April - Oktober.

Perjalanan angin ini hanya melalui perairan yang relatif sempit, sehingga angin monsun Timur (Tenggara) hanya memiliki sedikit kandungan air. Hal ini menyebabkan terjadinya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

Angin Muson barat / penghujan ( Oktober - April )

Sebaliknya, saat kedudukan matahari berada di wilayah bumi bagian Selatan (antara pertengahan bulan September - Maret), maka di daerah Selatan (Benua Australia) akan mengalami pemanasan yang maksimal. Hal ini menyebabkan daerah tersebut memiliki tekanan udara minimum.

Kondisi ini menyebabkan angin berembus dari daerah bertekanan maksimum (Benua Asia) ke daerah bertekanan minimum (Benua Australia). Gerakan udara ini menimbulkan angin yang disebut angin monsun Barat. 

Angin monsun Barat bergerak dari daratan Asia sekitar bulan Oktober - April. Dalam perjalanannya, angin ini melalui wilayah perairan yang cukup luas (Samudra Hindia dan Pasifik), sehingga memiliki kandungan uap air yang cukup besar dan mendatangkan musim hujan bagi sebagian besar wilayah Indonesia.

Perubahan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya disebut masa peralihan antarmusim atau
lebih dikenal dengan sebutan musim pancaroba. Musim pancaroba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
- peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, terjadi antara bulan Maret - April; dan
- peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan, terjadi antara bulan September - Oktober.

Kamis, 02 November 2017

Sejarah Penemuan Sel

Pembahasan kali ini adalah tentang sejarah singkat penemuan sel. Pada awalnya sel merupakan partikel terkecil penyusun makhluk hidup. Benarkah?

Para Ilmuwan Penemu Sel

Pertama kali, sel ditemukan oleh Robert Hooke (1635–1703). Dia melihat kotak-kotak kecil dalam irisan gabus yang diamati melalui mikroskop. Selanjutnya, diketahui bahwa kotak-kotak itu adalah sel-sel yang sudah mati.
Sejarah Penemuan Sel
Gambar: Penemu Sel Pertama kali

Pada abad XIX, ilmuwan berkebangsaan Jerman Theodore Schwan (1810–1882) dan Mattias Jakob Schleden (1804–1881) secara terpisah mengadakan penelitian dan menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup, baik yang sederhana maupun yang komplek, terdiri atas sel.

Robert Brown (1831) mempelajari sel dan menemukan inti sel/nukleus di setiap sel yang diselidikinya. Dia menyimpulkan bahwa inti sel adalah bagian penting dari sel.

Hal itu berbeda dengan pendapat Felix Durjardin (1835) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari sel adalah sitoplasma atau cairan dalam sel.

Johanes Purkinje (1787–1874) menamakan cairan dalam sel tersebut sebagai protoplasma (cairan dalam sel hidup).

Max Schultze (1825–1874), kemudian menambahkan sebuah teori bahwa selain sebagai struktur terkecil, sel juga merupakan satuan fungsional terkecil dan protoplasma sebagai dasar-dasar fisik kehidupan.

Rudolf Virchow (1858) mengemukakan pendapatnya bahwa sel-sel itu berasal dari sel-sel sebelumnya (omnis cellula cellula). Jadi, sel juga merupakan satuan pertumbuhan.

Jika pucuk tumbuhan (tunas batang) dipotong sangat tipis, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak bahwa ujung batang tersebut tersusun dari ribuan struktur kecil berbentuk kotak.

Struktur itulah yang dinamakan sel. Makhluk hidup ada yang tersusun hanya satu sel. Makhluk hidup yang demikian disebut organisme bersel tunggal (monoseluler/uniseluler).

Adapun, makhluk hidup yang tersusun dari banyak sel disebut organisme multiseluler.

Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup. Di dalam sel yang berukuran kecil tersebut berlangsung semua kegiatan hidup yang menunjang fungsi hidup suatu makhluk hidup.

Oleh karena itu, selain sebagai satuan struktural yang terkecil, sel juga merupa-kan satuan fungsional yang terkecil.